Jumat, 05 April 2013

Cerpen


Buku Untuk Cinta
By : Muchizt

Designed by Muchizt
Seolah ada yang membisikkan sesuatu ke telingaku  saat kami berada dalam tempat itu, entah apa yang sebenarnya terjadi tapi itu sungguh terjadi..
“Kita pulang saja yuk”, bisikku pada mereka, tapi nampaknya kawanku masih tetap ngotot untuk menuntut haknya itu. Aku dan salah seorang kawanku pun memutuskan untuk turun ke lantai dasar untuk menunggu mereka, dengan berharap sedikit menenangkan diri sejenak sebari menunggu mereka turun.
Kami berdua sepakat untuk menunggu mereka di ruang tunggu dekat pintu masuk, karena masih ada beberapa kursi kosong disana, tak lupa ku kirimkan pesan singkat (SMS) tentang posisi kami disini. Sambil menunggu, aku biasanya membaca buku kesayanganku yang selalu ku bawa kemanapun aku pergi, memang tidak sebanding dengan kualitas buku best seller, tapi bagiku buku ini lebih dari sekedar buku dan aku lah pembaca setianya yang bukan sekedar pembaca,hehe
Ketika asyik membaca, tiba-tiba temanku menepuk bahuku dan memberi isyarat bahwa Hp ku sedang bergetar dalam tasku, karena memang tasku itu persis berada di sampingnya itu. Oh ternyata ada SMS yang masuk, lalu kubuka dan kubaca isi pesan tersebut, tapi sebelumnya kulihat siapa pengirimya terlebih dahulu. Sebuah nomor tak ku kenal, tapi orang ini nampaknya mengenalku, tuturku dalam hati. Dilihat dari kata-katanya orang ini sudah banyak mengenal diriku, hal ini dilihat dari caranya menyapa, bertuturkata, penggunaan tanda baca hingga penggunaan graphical smileys pada SMS tersebut. Tapi siapa orang ini, kataku..
“Hey, kamu ini kenapa kok kelihatan serius amat baca SMS, sampe alismu ikutan berkerut gitu”, tegur temanku.
“Oh, nggak tau nih Ben.., ada yang SMS tapi nomernya baru di Hp ku”, kataku pada temanku Benny. Lalu Ku rampas Hp si Benny yang diletakkan di atas meja dekat laptopnya itu, untuk mengecek siapa tahu Benny sudah punya nomor tersebut, tapi hasilnya nihil.
“Yaa biasa lah, kamu kan orang cukup berpengaruh di kampus ini, apalagi di jurusan kita dan itu pasti penggemar beratmu, hahaha”, Ledek si Benny.
“Ah.., biasa aja kalee,” tangkisku pula
“Pasti teman se-organisasimu, paling tidak ya.. nyariin kamu, atau mungkin lagi kangen atau pengen curhat atau pengen..”celoteh Benny nggak karuan.
Belum sempat kubalas ocehan si Benny yang gak mutu itu, temanku yang kutunggu-tunggu pun datang menghampiri kami dengan raut wajah yang kesal,sebel dan mendongkol. Ku coba memberanikan diri untuk bertanya terkait hal yang dialami mereka barusan, namun mereka malah mengajak kami untuk pergi meninggalkan perpustakaan. Aku dan Benny pun turut serta. Seperti biasa Benny selalu setia untuk memboncengku, saat dalam perjalanan keluar dari tempat parkiran, tiba-tiba Benny nge-rem mendadak, aku pun kaget bukan kepalang, lalu sesuatu yang tidak di inginkan pun terjadi, “Brakkk..., terrrrt... Bukkk..”aku pun terpelanting ke taman, jaket dan celanaku sobek, helmku pecah, lalu tas ikut terlempar dan isinya pun berceceran, sedang si Benny jatuh berpelukan dengan motor kesayanganya. Lalu aku dan Benny langsung pingsan dengan sukses di tempat itu...
   Saat siuman, kulihat sekelilingku.. ada banyak orang rupanya disini, mulai dari OB, Security, mahasiswa, hingga dosen kami dan juga selaku kepala perpustakaan, ternyata merekalah yang menolong kami saat aku dan Benny mengalami kecelakaan di depan perpustakaan kampus. Kulihat mereka yang menunggu di luar dengan wajah yang cemas dan penuh harap, kulihat tasku dan tas Benny di atas meja, aku pun lega lalu kupejamkan mataku kembali dan berusaha menenangkan diriku yang masih shock.
***
     Setelah melawati masa bedrest selama sepekan, kini aku sudah menampakkan diri di kampus, teman-teman datang memberikan ucapan selamat dan bersyukur aku sudah sembuh, lalu kucari si Benny untuk mengetahui keadaanya dan konon katanya dia sudah sembuh jua.
Saat ketemu dengan Benny, aku merasa senang dan haru. Lalu kami pun saling menceritakan keadaan kami pasca kecelakaan, yah..suatu hal yang membuat kami sadar bahwa yang namanya kecelakaan pasti ada saja hal yang tidak kami inginkan, contoh konkritnya properti kami banyak yang rusak, seperti motor, helm dan lainnya namun kami betul-betul merasa kehilangan, laptop Benny rusak berat, tapi laptop tersebut lagi diservis, untuk saat ini Benny  minta dispensasi ke dosen bahwa dalam waktu dekat ini dia belum bisa mengumpulkan tugasnya itu, karena file tugasnya ada dalam laptop tersebut lalu dosen pun memakluminya.
      Lain halnya dengan diriku, meski mengalami nasib yang hapir sama dengan Benny, namun ada suatu hal yang membuatku dihantui rasa bersalah..bersalah pada diriku, karena buku yang menjadi teman setiaku raib entah kemana, yang jelas hilangnya saat terjadi kecelakaan itu. Sempat terpikir olehku untuk mencari tahu orang yang bertabrakan dengan kami, namun ku urungkan niat itu, biar situasinya tenang dahulu baru memikirkan aksi selanjutnya, yang jelas bukan aksi pembalasan...
      Seperti biasanya, mau tidak mau memang perpustakaan itu merupakan satu-satunya tempat kami berlabuh, melabuhkan keluh kesah kami selaku mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan yang haus akan sejuta informasi dan disinilah (perpustakaan) arah kiblat kami. Masih terpatri dalam ingatanku akan kejadian yang menimpaku dengan Benny sepekan lalu dan masih terbayang pula buku kesayanganku yang hilang entah kemana, untuk mengobati rasa dukaku, kucoba mengingat-ingat kutipan dari buku itu yang terkait dengan keadaanku kini dan kuingat sepatah kata yang berbunyi “Memang pengalaman itu merupakan guru yang paling brutal, tapi kenyataanya kita pun masih terus belajar dan akhirnya benar-benar belajar dari pengalaman itu”.
    Tak terasa hari sudah siang, Benny mengajakku makan siang di warung paforitnya, maka kami pun beranjak pergi meninggalkan perpustakaan, meski aku merasa betah tinggal disana dengan berbagai pelayanan yang menyenangkan, namu sebagai teman yang baik, maka aku juga harus menghargai ajakan temanku ini, karena teman adalah hadiah yang kita berikan kepada diri kita sendiri. Di warung makan, aku biasanya ngerumpi gak karuan sama si Benny, arah pembicaraannya pun tak tahu tema dan endingnya seperti apa. Benny paling kondang kalau ngomongin masalah cewek, dia paling berpengalaman [katanya], tapi faktanya sampai sekarang dia masih jomlo-jomlo aja,hehe
    Selesai makan, kuantar Benny pulang ke kostnya karena motornya masih di opname di bengkel belakang kampus. Saat sampai di kost, Benny bertanya tentang buku milikku yang hilang itu.., lalu kujawab dengan nada pelan. ”Begini Ben...,kalau disuruh jujur aku lebih memilih kehilangan pacar daripada kehilangan sebuah buku”, jawabku singkat..
“Alasannya apa, kok cara pandangmu sedikit berbeda dengan orang-orang pada umumnya”, tanya Benny penasaran.
“Jawabanya cukup simple Ben.., Buku itu mengerti apa yang aku mau, sedang pacar belum tentu”, jawabku singkat.
“Tapi kamu masih mau pacaran lagi kan..?, tanya Benny serius
“Iya masih, tapi setelah buku tersebut ketemu baru aku akan pacaran lagi ”, ucapku seketika.
“Nah.., itu baru temanku yang gentle”, puji Benny.
“Aku pulang dulu ya Ben”, jawabku sambil mengambil tas lalu keluar dari kamar Benny..
“Okey mas Bro, hati-hati di jalan ya”, sapa Benny..
“Yup’s”..bisikku pelan.
   Setelah melewati beberapa minggu, nampaknya belum ada tanda-tanda buku milikku itu akan ditemukan kembali. Namun aku tetap berharap ada seseorang yang baik hati mengantarkannya kepadaku, tapi nampaknya itu mustahil. Sore yang cerah, mengantarkan hari-hariku bercanda ria dan sharing-knowledge lagi dengan rekan-rekan se-organisasi. Seperti biasa di taman kampus yang asri, sejuk dan rindang  menjadi tempat paforit mahasiswa untuk berdiskusi, sama halnya dengan kami mahasiswa yang bergelut dalam dunia perpustakaan. Berbagai macam topik yang kami bahas di dalam forum itu, mulai dari yang sifatnya pribadi, personal, akademik, seputar ilmu perpustakaan hingga hal-hal yang berkaitan dengan organisasi kami yakni organisasi kepustakawanan.
            Saat asyik ngobrol-ngobrol dengan teman-teman, Hp ku bergetar lagi ternyata ada SMS yang masuk, lalu ku buka dan kuliat siapa pengirimnya dan apa isinya. Ternyata dari pak. Kepala perpustakaan, isi SMS nya berbunyi “Mas, besok pagi datang ke perpustakaan ya, saya tunggu di ruangan saya, ada sesuatu hal yang saya ingin bicarakan dengan anda, terima kasih.”. kira-kira seperti itulah isinya.
      "Aduh, salah apa lagi yang ku perbuat", pikirku. Kemudian aku balas SMS  beliau untuk menyanggupi permintaanya itu.
  Kesokan harinya, saya berangkat ke perpustakaan. Dengan tenang, aku menuju ruangan kepala perpustakaan, nampaknya beliau sudah menunggu disana, setelah ngobrol-ngobrol sebentar, kemudian beliau mengutarakan tujuan beliau memanggil aku.
“Begini Mas,. kemarin sore ada seorang yang membawa sesuatu ke perpustakaan, ” ucap pak. Kepala perpustakaan sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang  dibungkus dengan rapi layaknya sebuah kado, kemudian beliau berkata. “Disini tertuliskan nama dan alamat anda, oleh karena itu saya memanggil anda untuk datang kemari, silahkan diterima”, kata pak. Kepala perpustakaan sambil tersenyum.“Terima kasih banyak ya pak, atas bantuanya”, jawabku sambil bersalaman dan sekalian pamit meninggalkan ruangan beliau.
   Setelah meninggalkan perpustakaan, aku pun menuju ke fakultas untuk menunggu jam kuliah, setiba di kelas ku buka bungkusan  tersebut untuk memastikan apakah didalamnya berisi sesuatu yang kucari selama ini, dan ternyata benar buku yang kucintai kini telah kembali. Setelah memeriksa kondisinya, ternyata di dalam lembaran buku tersebut terselip selembar surat yang dilipat sangat rapi dengan kertas berwarna pink bermotif bunga.
  Setelah membaca, Ternyata si pengirim surat tersebut adalah mahasiswi yang menabrak kami beberapa minggu yang lalu, kemudian buku kesayanganku ikut terbawa bersama barang-barang mahasiswi tersebut. Di dalam surat itu juga  tertera nomor Hp dan orang baik hati itu juga mengajakku untuk ketemuan. Dia kah orang yang selama ini aku cari-cari dalam hidupku, tapi entahlah...