Buku
Untuk Cinta
By : Muchizt
Designed by Muchizt |
Seolah ada yang
membisikkan sesuatu ke telingaku saat
kami berada dalam tempat itu, entah apa yang sebenarnya terjadi tapi itu sungguh
terjadi..
“Kita pulang saja yuk”,
bisikku pada mereka, tapi nampaknya kawanku masih tetap ngotot untuk menuntut
haknya itu. Aku dan salah seorang kawanku pun memutuskan untuk turun ke lantai
dasar untuk menunggu mereka, dengan berharap sedikit menenangkan diri sejenak
sebari menunggu mereka turun.
Kami
berdua sepakat untuk menunggu mereka di ruang tunggu dekat pintu masuk, karena
masih ada beberapa kursi kosong disana, tak lupa ku kirimkan pesan singkat
(SMS) tentang posisi kami disini. Sambil menunggu, aku biasanya membaca buku
kesayanganku yang selalu ku bawa kemanapun aku pergi, memang tidak sebanding
dengan kualitas buku best seller,
tapi bagiku buku ini lebih dari sekedar buku dan aku lah pembaca setianya yang
bukan sekedar pembaca,hehe
Ketika asyik membaca, tiba-tiba
temanku menepuk bahuku dan memberi isyarat bahwa Hp ku sedang bergetar dalam
tasku, karena memang tasku itu persis berada di sampingnya itu. Oh ternyata ada
SMS yang masuk, lalu kubuka dan kubaca isi pesan tersebut, tapi sebelumnya
kulihat siapa pengirimya terlebih dahulu. Sebuah nomor tak ku kenal, tapi orang
ini nampaknya mengenalku, tuturku dalam hati. Dilihat dari kata-katanya orang
ini sudah banyak mengenal diriku, hal ini dilihat dari caranya menyapa,
bertuturkata, penggunaan tanda baca hingga penggunaan graphical smileys pada
SMS tersebut. Tapi siapa orang ini, kataku..
“Hey, kamu ini kenapa
kok kelihatan serius amat baca SMS, sampe alismu ikutan berkerut gitu”,
tegur temanku.
“Oh, nggak tau nih
Ben.., ada yang SMS tapi nomernya baru di Hp ku”, kataku pada temanku Benny. Lalu
Ku rampas Hp si Benny yang diletakkan di atas meja dekat laptopnya itu, untuk
mengecek siapa tahu Benny sudah punya nomor tersebut, tapi hasilnya nihil.
“Yaa biasa lah, kamu
kan orang cukup berpengaruh di kampus ini, apalagi di jurusan kita dan itu
pasti penggemar beratmu, hahaha”, Ledek si Benny.
“Ah.., biasa aja
kalee,” tangkisku pula
“Pasti teman
se-organisasimu, paling tidak ya.. nyariin kamu, atau mungkin lagi kangen atau
pengen curhat atau pengen..”celoteh Benny nggak karuan.
Belum sempat kubalas
ocehan si Benny yang gak mutu itu, temanku yang kutunggu-tunggu pun datang menghampiri
kami dengan raut wajah yang kesal,sebel dan mendongkol. Ku coba memberanikan
diri untuk bertanya terkait hal yang dialami mereka barusan, namun mereka malah
mengajak kami untuk pergi meninggalkan perpustakaan. Aku dan Benny pun turut
serta. Seperti biasa Benny selalu setia untuk
memboncengku, saat dalam perjalanan keluar dari tempat parkiran, tiba-tiba
Benny nge-rem mendadak, aku pun kaget bukan kepalang, lalu sesuatu yang tidak
di inginkan pun terjadi, “Brakkk..., terrrrt... Bukkk..”aku pun terpelanting ke
taman, jaket dan celanaku sobek, helmku pecah, lalu tas ikut terlempar dan
isinya pun berceceran, sedang si Benny jatuh berpelukan dengan motor
kesayanganya. Lalu aku dan Benny langsung pingsan dengan sukses di tempat itu...
Saat
siuman, kulihat sekelilingku.. ada banyak orang rupanya disini, mulai dari OB,
Security, mahasiswa, hingga dosen kami dan juga selaku kepala perpustakaan, ternyata
merekalah yang menolong kami saat aku dan Benny mengalami kecelakaan di depan
perpustakaan kampus. Kulihat mereka yang menunggu di luar dengan wajah yang
cemas dan penuh harap, kulihat tasku dan tas Benny di atas meja, aku pun lega lalu
kupejamkan mataku kembali dan berusaha menenangkan diriku yang masih shock.
***
Setelah
melawati masa bedrest selama sepekan, kini aku sudah menampakkan diri di
kampus, teman-teman datang memberikan ucapan selamat dan bersyukur aku sudah
sembuh, lalu kucari si Benny untuk mengetahui keadaanya dan konon katanya dia
sudah sembuh jua.
Saat ketemu dengan Benny, aku merasa
senang dan haru. Lalu kami pun saling menceritakan keadaan kami pasca
kecelakaan, yah..suatu hal yang membuat kami sadar bahwa yang namanya
kecelakaan pasti ada saja hal yang tidak kami inginkan, contoh konkritnya
properti kami banyak yang rusak, seperti motor, helm dan lainnya namun kami betul-betul
merasa kehilangan, laptop Benny rusak berat, tapi laptop tersebut lagi diservis,
untuk saat ini Benny minta dispensasi ke
dosen bahwa dalam waktu dekat ini dia belum bisa mengumpulkan tugasnya itu,
karena file tugasnya ada dalam laptop tersebut lalu dosen pun memakluminya.
Lain
halnya dengan diriku, meski mengalami nasib yang hapir sama dengan Benny, namun
ada suatu hal yang membuatku dihantui rasa bersalah..bersalah pada diriku,
karena buku yang menjadi teman setiaku raib entah kemana, yang jelas hilangnya
saat terjadi kecelakaan itu. Sempat terpikir olehku untuk mencari tahu orang
yang bertabrakan dengan kami, namun ku urungkan niat itu, biar situasinya
tenang dahulu baru memikirkan aksi selanjutnya, yang jelas bukan aksi
pembalasan...
Seperti
biasanya, mau tidak mau memang perpustakaan itu merupakan satu-satunya tempat
kami berlabuh, melabuhkan keluh kesah kami selaku mahasiswa jurusan ilmu
perpustakaan yang haus akan sejuta informasi dan disinilah (perpustakaan) arah
kiblat kami. Masih terpatri dalam ingatanku akan kejadian yang menimpaku dengan
Benny sepekan lalu dan masih terbayang pula buku kesayanganku yang hilang entah
kemana, untuk mengobati rasa dukaku, kucoba mengingat-ingat kutipan dari buku
itu yang terkait dengan keadaanku kini dan kuingat sepatah kata yang berbunyi “Memang pengalaman
itu merupakan guru yang paling brutal, tapi kenyataanya kita pun masih terus
belajar dan akhirnya benar-benar belajar dari pengalaman itu”.
Tak
terasa hari sudah siang, Benny mengajakku makan siang di warung paforitnya, maka
kami pun beranjak pergi meninggalkan perpustakaan, meski aku merasa betah
tinggal disana dengan berbagai pelayanan yang menyenangkan, namu sebagai teman
yang baik, maka aku juga harus menghargai ajakan temanku ini, karena teman
adalah hadiah yang kita berikan kepada diri kita sendiri. Di warung makan, aku
biasanya ngerumpi gak karuan sama si Benny, arah pembicaraannya pun tak tahu
tema dan endingnya seperti apa. Benny paling kondang kalau ngomongin masalah
cewek, dia paling berpengalaman [katanya], tapi faktanya sampai sekarang dia
masih jomlo-jomlo aja,hehe
Selesai
makan, kuantar Benny pulang ke kostnya karena motornya masih di opname di
bengkel belakang kampus. Saat sampai di kost, Benny bertanya tentang buku
milikku yang hilang itu.., lalu kujawab dengan nada pelan. ”Begini Ben...,kalau
disuruh jujur aku lebih memilih kehilangan pacar daripada kehilangan sebuah
buku”, jawabku singkat..
“Alasannya apa, kok cara pandangmu
sedikit berbeda dengan orang-orang pada umumnya”, tanya Benny penasaran.
“Jawabanya cukup simple Ben.., Buku itu
mengerti apa yang aku mau, sedang pacar belum tentu”, jawabku singkat.
“Tapi kamu masih mau pacaran lagi
kan..?, tanya Benny serius
“Iya masih, tapi setelah buku tersebut
ketemu baru aku akan pacaran lagi ”, ucapku seketika.
“Nah.., itu baru temanku yang gentle”,
puji Benny.
“Aku pulang dulu ya Ben”, jawabku sambil
mengambil tas lalu keluar dari kamar Benny..
“Okey mas Bro, hati-hati di jalan ya”,
sapa Benny..
“Yup’s”..bisikku pelan.
Setelah
melewati beberapa minggu, nampaknya belum ada tanda-tanda buku milikku itu akan
ditemukan kembali. Namun aku tetap berharap ada seseorang yang baik hati mengantarkannya
kepadaku, tapi nampaknya itu mustahil. Sore yang cerah, mengantarkan hari-hariku
bercanda ria dan sharing-knowledge lagi dengan rekan-rekan se-organisasi. Seperti biasa di taman kampus yang asri, sejuk dan rindang menjadi tempat paforit mahasiswa untuk
berdiskusi, sama halnya dengan kami mahasiswa yang bergelut dalam dunia
perpustakaan. Berbagai macam topik yang kami bahas di dalam forum itu, mulai
dari yang sifatnya pribadi, personal, akademik, seputar ilmu perpustakaan
hingga hal-hal yang berkaitan dengan organisasi kami yakni organisasi
kepustakawanan.
Saat
asyik ngobrol-ngobrol dengan teman-teman, Hp ku bergetar lagi ternyata ada SMS
yang masuk, lalu ku buka dan kuliat siapa pengirimnya dan apa isinya. Ternyata
dari pak. Kepala perpustakaan, isi SMS nya berbunyi “Mas,
besok pagi datang ke perpustakaan ya, saya tunggu di ruangan saya, ada sesuatu hal
yang saya ingin bicarakan dengan anda, terima kasih.”.
kira-kira seperti itulah isinya.
"Aduh, salah apa lagi yang ku perbuat",
pikirku. Kemudian aku balas SMS beliau
untuk menyanggupi permintaanya itu.
Kesokan
harinya, saya berangkat ke perpustakaan. Dengan tenang, aku menuju ruangan
kepala perpustakaan, nampaknya beliau sudah menunggu disana, setelah
ngobrol-ngobrol sebentar, kemudian beliau mengutarakan tujuan beliau memanggil
aku.
“Begini Mas,. kemarin sore ada seorang
yang membawa sesuatu ke perpustakaan, ” ucap
pak. Kepala perpustakaan sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang dibungkus
dengan rapi layaknya sebuah kado, kemudian beliau berkata. “Disini tertuliskan nama dan alamat
anda, oleh karena itu saya memanggil anda untuk datang kemari, silahkan
diterima”, kata pak. Kepala perpustakaan sambil tersenyum.“Terima kasih banyak ya pak, atas
bantuanya”, jawabku sambil bersalaman dan sekalian pamit meninggalkan ruangan
beliau.
Setelah
meninggalkan perpustakaan, aku pun menuju ke fakultas untuk menunggu jam
kuliah, setiba di kelas ku buka bungkusan tersebut untuk memastikan apakah
didalamnya berisi sesuatu yang kucari selama ini, dan ternyata benar buku yang
kucintai kini telah kembali. Setelah memeriksa kondisinya, ternyata di dalam
lembaran buku tersebut terselip selembar surat yang dilipat sangat rapi dengan
kertas berwarna pink bermotif bunga.
Setelah
membaca, Ternyata si pengirim surat tersebut adalah mahasiswi yang menabrak
kami beberapa minggu yang lalu, kemudian buku kesayanganku ikut terbawa bersama
barang-barang mahasiswi tersebut. Di dalam surat itu juga tertera nomor Hp dan orang baik hati itu juga mengajakku untuk
ketemuan. Dia kah orang yang selama ini aku cari-cari dalam hidupku, tapi
entahlah...